Pages

Minggu, 29 Maret 2015

EKSISTENSI EPISTIMOLOGY HUMANISTIC DAN PROSES PENGEMBANGANNYA (TEORY HUMANISTIC PHSYCOLOGY)


Oleh: Siti Halimatus Sa'diyah,M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Ahsani taqwim terdiri dari dua dimensi yaitu materi dan ruh, yang dikenal dengan jasmani dan rohani. Ada banyak tulisan yang membahas manusia, namun belum mampu mengungkap berbagai dimensi tentang alam mikro manusia, sehingga Alexis Carrel menyebut manusia sebagai “ makhluk yang misterius ”. [1] Namun upaya terus dilakukan untuk mengenal manusia sebagai makhluk yang memiliki subtansi dan karakter tersendiri.
Dalam kenyataannya manusia bukanlah makhluk yang selalu pasif yang hanya dapat menerima saja. Ia juga bukan makhluk agresif (dapat memberikan dan mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan). Dalam Khasanah filsafat pendidikan Barat dikenal adanya teori perkembangan manusia, Nativisme yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860) menyatakan bahwa dalam perkembangan kepribadian manusia hanya ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat serta faktor dalam yang bersifat kodrati. Faktor bawaan inilah tidak bisa diubah oleh pengaruh lingkungan atau pendidikan. Apapun usaha pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian tidak dapat menggapai harapan yang diidamkan tanpa dukungan faktor bawaan.[2]
Sementara William Stern (1871-1938) dengan teorinya menyatakan bahwa perkembangan manusia berlangsung atas pengaruh dari faktor bakat/kemampuan dasar juaga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk pendidikan. Teori ini memadukan antara teori empirisme dan nativisme, karena kenyataan membuktikan bahwa potensi bawaan yang baik tanpa dibina oleh alam lingkungan tidak akan dapat membentuk pribadi yang ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik, terutama  pendidikan, tanpa didukung oleh potensi bawaan yang baik, tidak akan membuahkan hasil kepribadian yang optimal. Jadi proses perkembangan manusia merupakan hasil kerjasama antara faktor dasar (bawaan) dan alam lingkungan.
Dalam perkembangannya pemikiran tentang manusia terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia dengan segala kemampuannya. Setelah muncul dan berkembangnya teori Nativisme disanggah dengan teori Behavior,kemudian Abraham Maslow memperkenalkan aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. [3]
Makalah ini akan menyampaikan beberapa informasi tentang teori psikologi manusia dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya guna mencapai tujuan hidup manusia yang sesungguhnya.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis perlu menyampaikan rumusan masalah agar terwujud pemahaman sesuai yang diharapkan.
1.      Filsafat memandang manusia.
2.      Psikologi manusia dan perkembanganya.
3.      Hubungan agama dan psikologi manusia.






BAB II
 PEMBAHASAN
A.    Hakekat manusia

Filsafat merupakan ilmu universal. Berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan asal-usul dari segala-galanya,berarti mencari orientasi dasar bagi kehidupan manusia [4]. Kajian filsafat yang pada awalnya berorientasi pada materi kasar terlihat mata yaitu bumi mengalami pergeseran obyek bahasan ke kekuatan maha dahsyat yaitu ketuhanan yang mengatur manusia. Kini obyek filsafat terus berkembang menuju manusia dengan segala aspek yang mendasarinya. Manusia sebagai makhluk sempurna terdiri atas tubuh (fisiologi), atau lebih dikenal dengan lahir (jasmani) dan ruh atau jiwa (rohani). Sebagian orang yang mengunggulkan unsur jiwa manusia dibanding fisik ingin menunjukkan hanya dengan kekuatan rohani tubuhnya dapat hidup terus bahkan tanpa makan sekalipun, maka anggapan ini segera berakhir ketika fisik yang tidak mendapatkan suplai makanan terasa lemas dan akhirnya memaksa untuk diberi makan sebab tubuh memerluan zat asam, akan berhenti nafas jika tanpa zat itu. Tubuh manusia tersusun dari banyak sel yang teratur dalam berbagai alat kelengkapan tubuh yang mempunyai banyak banyak macam fungsi sesuai dengan ciri khas sel-sel tersebut [5].
Tubuh bagaikan mesin menyerupai sebuah mekanisme yang rumit. Tubuh dapat berfungsi karena ada tenaga yang tersimpan di otot. Tenaga berasal dari oksidasi bahan bakar sebagai sumber tenaga layaknya mobil,bedanya tubuh manusia memperbaiki diri sendiri, tumbuh dan berkembang biak. Tubuh harus memperoleh makanan yang tepat baik dari jenis maupun jumlah sebab dari bahan makanan akan terjadi perubahan yang radikal dan dapat menimbulkan banyak penyakit, bahkan kematian.
Tubuh manusia dilengkapi peredaran darah berpusat pada jantung yang akan memompa darah agar mengalir sesuai jurusan yang tepat, dari lahir hingga meninggal. Sistem kelenjar juga menjadi penyusun tubuh, kelenjar thyroid misalnya. Apabila zat yang dihasilkan kurang maka berakibat idiotisme yakni suatu perkembangan yang terhalang baik segi fisik maupunkejiwaan. Selain itu ada sistem syaraf yang turut menyusun tubuh. Segala informasi mengenai dunia di sekitar diperoleh melalui syaraf dan otak. Ada dua saluran syaraf yang memuat rangsangan dari indera-otak-otot, maka neuron dapat digolongkanke dalam neuron indera, neuron motor dan neuron asosiasi.
Otak merupakan organ tubuh utama dalam sistem informasi, organ ini rumit dan menakjubkan bertindak sebagai koordinator, di dalma otak inilah timbul penginderaan. Melihat, membau, mendengar dan mencicipi tidak mungkin dilakukan tanpa adanya otak khususnya bagian cortex cerebri. Sebagaimana informasi panas matahari, informasi diperoleh melalui indera mata disampaikan ke otak melalui neuron sensorik kemudian otak merespon dengan memberi perintah melalui neuro motorik. Pengetahuan mengenai dunia lahiriyah selalu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menyimpulkan dari tangkapan indera dan hasil bacaan otak [6].
Manusia yang terdiri atas fisik dan non fisik disebut juga psikologi. Para filusuf berbeda pendapat dalam mendefinisikan jiwa, Phythagoras misalnya yang menjelaskan bahwa
Keabadian jiwa dan perpindahannya ke dalam jasad hewan apabila telah mati dan jika hewan itu mati akan berpindah ke jasad lainnya dan demikian seterusnya. Perpindahan jiwa yang seperti itu merupakan proses penyyucian jiwa. Jiwa itu akan kembali ke tempat asalnya di langit apabila telah selesai proses penyucian jiwa tersebut.[7]
Filusuf dualisme Descartes (1596-1650) berpendapat bahwa
Tubuh dan jiwa adalah dua hal yang sangat berbeda dan harus dipisahkan. Tubuh adalah suatu mesin yang terdiri dari bagian-bagian yang komplek. Adapun jiwa adalah sesuatu yang tidak terbagi tidak terbatasi oleh ruang dan waktu ditandai oleh kegiatan rohani seperti berpikir, berkehendak dan sebagainya [8].
Apapun definisi filusuf tentang jiwa yang pasti manusia terdiri atas jiwa dan raga yang menyatu dengan segala perannya masing-masing sehingga keduanya menjadi unsur yang tidak bisa terpisahkan,jika dipisah maka menjadi tidak bernilai.
B.     Psikologi Manusia dan Perkembangannya
Manusia memiliki ciri yang sangat khas, berbeda antara satu dengan yang lain. Manusia adalah unik. Setiap orang adalah individual, bahkan sama sekali unik, tak tertukar,tak terganti, terlahir kembar sekalipun. Setiap orang adalah tak terulang.
Berikutnya manusia adalah makhluk berakal budi, berbahasa, berkemauan dan bercita-cita serta memiliki hati nurani dan seterusnya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Pengakuan terhadap martabat manusia merupakan hal hal keyakinan dan keterlibatan dasar. Melalui akal budi manusia membedakan binatang dengan kebutuhannya. Akal budi berarti bahwa hati dan wawasan manusia merentangkan diri mengatasi segala keterbatasan ke arah cakrawala yang tak terbatas [9].
Sebagai makhluk manusia diberi modal cukup dan pas dijadikan pemimpin (selain memang setiap manusia adalah pemimpin). Selain akal, manusia dimodali dengan bakat,kecerdasan dasar yang akan terus berkembang seiring pengalaman hidup. Lingkungan tempat hidup berperan penting dalam membingkai pola hidup manusia.
Beberapa aliran filsafat meyakini bahwa kecerdasan asal atau bakat lebih dominan, hal ini dipatahkan oleh aliran behavior yang lebih mengakui bahwa lingkungan merupakan cetakan utama pola hidup manusia. Kedua aliran ini dikomunikasikan oleh aliran psikologi humanistik dengan tokohnya Abraham Maslow. Aliran ini terus berkembang sehingga muncullah ilmu psikologi dengan berbagai cabangnya.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/ dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri [10]
Teori kebutuhan Maslow dimulai dengan memenuhi kebutuhan yang terpenting dahulu lalu menuju kepada kebutuhan yang selanjutnya.

Lima teori kebutuhan dasar Maslow dijelaskan sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan terpenting manusia yang harus diutamakan untuk menunjang kehidupan. Contohnya adalah pangan/makanan, sandang/pakaian, papan/rumah, dan kebutuhan biologisnya seperti bernafas, buang air kecil, buang air besar, dan sebagainya. Jika seseorang ingin menjalankan aktivitas, kebutuhan inilah yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar dapat berhasil menjalankan aktivitasnya. Manusia tanpa memenuhi kebutuhan makan dan minumnya tidak akan dapat melangsungkan hidup. Jika seseorang ingin melakukan sebuah pekerjaan dengan keadaan perut lapar, orang itu tidak dapat berkonsentrasi melakukan pekerjaannya dengan baik.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan.
 Setelah memenuhi kebutuhan fisiologisnya manusia memerlukan kebutuhan yang kedua ini untuk dapat hidup bahagia. Contohnya adalah bebas dari teror, bebas dari rasa sakit, bebas ancaman. Seseorang tidak akan dapat hidup dengan aman dan nyaman, jika ia mendapatkan ancaman atau teror dari orang lain.
3. Kebutuhan sosial.
Setelah kebutuhan keamanan dan keselamatan, yang selanjutnya adalah kebutuhan sosial. Contohnya adalah memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain sebagainya. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia perlu bersosialisasi untuk dapat menjalankan kehidupannya dengan layak.
4. Kebutuhan penghargaan.
Selanjutnya adalah kebutuhan penghargaan. Dengan kebutuhan ini seseorang dapat memuaskan batinnya. Contohnya adalah pujian, tanda jasa, piagam, hadiah, dan lain sebagainya. Jika seseorang mendapatkan hal demikian, orang itu akan merasa senang dan bangga atas usaha yang telah ia lakukan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. contohnya adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Manusia mempunyai hak untuk melakukan apa saja sesuka hatinya, selama dalam batas yang wajar dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. dan ia juga mampunyai hak untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Jadi, dalam teori hirarki kebutuhan dasar Abraham Maslow, yang terpenting adalah kebutuhan fisiologis (makan). karena untuk memenuhi kebutuhan yang lain, kebutuhan inilah yang harus dipenuhi terlebih dahulu, demi memperlancar kelangsungan hidup [11].
Psikologi humanistik terus berkembang, seiring berkembangnya pikiran dan akal manusia. Psikologi sebagai jembatan yang menghubungkan fisik dengan non fisik,misalnya dengan makan manusia akan lebih terkendali egonya. Makan adalah ranah fisik yang menjadi sumber tenaga. Banyaknya tenaga yang tersimpan membuat hati tenang. Berkembangnya berbagai jenis makanan berakibat pula pada perkembangan psikologis, hal ini dilihat dari makanan yang banyak mengandung zat kimia yang secara ilmiah dibuktikan akan berakibat pada cepatnya pubertas, menstruasi, labilnya ego. Budaya masyarakat akan turut pula menentukan perkembangan psikologi, Madura misalnya. Pulau kecil dihuni semakin hari semakin banyak, dengan sumber makanan terbatas berakibat pada temperamen yang cenderung lebih keras.
Aliran psikologi humanistik juga berkembang seiring laju filsafat yang bergerak ke dunia simbol. Psikologi mencoba menyimbolkan berbagai gejala non fisik menjadi simbol-simbol yang bisa terbaca, tentunya oleh ahli. Hal ini memungkinkan manusia mengetahui potensi yang tersimpan pada manusia, sehingga bisa memilih, mana yang bisa dikembangkan dan bagaimana cara pengembangan yang tepat. Dari sini muncullah pengukuran kecerdasan manusia. Ada intelektual question, emosional question, spiritual question.
C.            Hubungan Agama dan Psikologi Manusia
Mempelajari manusia beserta materi penyusun dan ditambah membahas Abraham Maslow dengan teori psikologi humanistic, kini dilengkapi dengan agama sebagai filter segala pemikiran apapun menjadi penting. Agama mampu menjawab pertanyaan mendalam tentang manusia serta menentukan bagaimana manusia harus hidup.
Dalam alquran jelas disebutkan proses manusia secara ilmiah. Setiap orang mampu memahaminya. Pembentukan fiisiologi dijelaskan bertahap yang dilanjutkan tahapan tiupan ruh sehingga manusia terwujud sempurna baik jasmani maupun rohani. Bahkan bayi ketika lahir di muka bumi pasti menangis (kalau tidak menangis berarti tidak sehat). Orang bijak memberi alasan bahwa bayi suci itu sangat peka. Bayi mengindikasi beratnya kehidupan dunia. Manusia membutuhkan sarana untuk meringankan beban berat dunia. Banyak manusia yang memilih ilmu pengetahuan, namun  Frederick van Eaden berpendapat manusia terjebak ke dalam jala kusutdustaan yang besar, dikarenakan terlalu mengagungkan ilmu pengetahuan mengenyampingkan agama [12].
Pemunculan nilai-nilai agama pada setiap dimensi kehidupan merupakan keharusan agar hidup ini lebih terarah. Ketika makan misalnya,manusia diberi keleluasaan untuk makan apapun yag tersedia di bumi ini. Agama mengatur dari jenis apa yang bisa dimakan, bagaimana tata cara / adab memakannya. Dalam Islam mengatur hanya makanan yang halal yang boleh dimakan. Adab makan / minum dengan duduk, tidak baik jika dilakuakan dengan berdiri. Anjing, haram hukumnya. Berdasarkan aturan agama ini, para pemikir melakukan penelitian apa hikmah dari aturan-aturan agama tersebut. Maka dihasilkan adab minum harus duduk ternyata manusia memiliki sebuah membran tipis yang apabila duduk membran itu akan menutup dan jika berdiri akan membuka sehingga akan menyaring makanan/minuman yang masuk,organ tubuh akan terjaga. Begitupun anjing diharamkan karena banyak mengandung bibit penyakit yang disebabkan toksin tubuh anjing yang tidak bisa dikeluarkan, anjing tidak memiliki pori-pori tubuh.
Rasa aman dan nyaman bisa terbentuk dari hatinya yang tenang,tenteram, untuk mencapainya agama memberi solusi dengan berdzikir bagi umat Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk berkeluarga dengan cara menikah, membina keluarga yang samara. Banyak ahli fikih memberi contoh dan argumen yang ditulis dalam kitab-kitabnya. Pujian dalam Islam digambarkan dengan jelas. Dalam setiap muqoddimah kitab, banyak yang mengawalinya dengan pujian yang menggambarkan seluruh pujian yang ada di bumi, yaitu pujian Tuhan pada diriNya, Tuhan pada makhluknya, makhluk pada Tuhannya, makhluk pada makhluknya. Bakat dan minat setiap yang berbeda-beda juga tidak lepas dari pandangan agama, maka agama memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan dengan cara yang bijak. Misalnya seorang pemimpin yang bersikap adil dan bertanggung jawab.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Manusia merupakan makhluk yang terdiri dari fisik dan jiwa. Fisik manusia bisa dilihat secara lahiriyah ada berkulit putih,bertangan dua berambut hitam dst. Fisik dilengkapi berbagai sistem berjalan efektif yang menghungkan organ yang satu dengan yang lain.
2.      Perkembangan jiwa manusia dipengaruhi banyak faktor, secara intern ada makanan suplai fisik dan faktor ekstern seperti lingkungan, budaya dst. Menurut tokoh psikologi humanistik Abraham Maslow menyebutkan teori kebutuhan manusia terbagi menjadi lima yaitu kebutuhan fisiologis/ dasar,kebutuhan akan rasa aman dan tentram,kebutuhan untuk dicintai dan disayangi,kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk aktualisasi diri.
3.      Kebebasan perkembangan psikologi manusia dipengaruhi nilai-nilai agama agar tujuan manusia sebagai hamba terlaksana. Agama memberi informasi melalui aturan-aturannya. Informasi yang biasanya jauh belum terpikirkan, setelah ada aturan agama yang kemudian dilaksanakan yang akhirnya membawa kebaikan,maka mulailah ilmu pengetahuan menjamahnya. Selain itu aturan agama pasti bernilai positif akan memandu manusia dalam perkembangannya terutama unsur jiwa. Sebab jiwa inilah yang diyakini akan sampai ke Tuhan.















DAFTAR PUSTAKA
Ali Syariati, Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat,Jakarta:Pustaka Hidayah, 1992),  terjemah Afif Muhammad


Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, hal 84
Fachry Ali,Konsepsi Manusia,Ilmu dan Agama,Yogyakarta:PLP2M,1985
Filsafatyunani.blogspot.com diakses Minggu,27 Januari 2013
Franz Magnis,Suseno.ed,berfilsafat dari konteks, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,1999
juneman,Filsafat Manusia,Jakarta:Univ.Mercubuana,2008
Louis Kattsoff,Pengantar Filsafat,Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,1996



[1] ‘Ali Syariati, Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat,(Jakarta:Pustaka Hidayah, 1992), hal.37 terjemah Afif Muhammad
[2] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, hal 84
[3] Filsafatyunani.blogspot.com, diakses tanggal 27 Januari 2013

[4] Franz Magnis,Berfilsafat dari konteks, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,1999),hal. 18
[5] Louis Kattsoff,Pengantar Filsafat,(Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,1996),hal.102
[6] Ibid,hal. 105
[7] Juneman,Filsafat Manusia,(Jakarta:Univ.Mercubuana,2008),hal.10
[8] ibid
[9] Ibid,Franz Magnis...hal.96
[10] Filsafatyunani.blogspot.com diakses Minggu,27 Januari 2013

[12] Fachry Ali,Konsepsi Manusia,Ilmu dan Agama,(Yogyakarta:PLP2M,1985),hal.54

0 komentar:

Posting Komentar