Oleh: Siti Halimatus Sa'diyah,M.Pd.I
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Ahsani taqwim terdiri
dari dua dimensi yaitu materi dan ruh, yang dikenal dengan jasmani dan rohani.
Ada banyak tulisan yang membahas manusia, namun belum mampu mengungkap berbagai
dimensi tentang alam mikro manusia, sehingga Alexis Carrel menyebut manusia
sebagai “ makhluk yang misterius ”. [1] Namun
upaya terus dilakukan untuk mengenal manusia sebagai makhluk yang memiliki
subtansi dan karakter tersendiri.
Dalam kenyataannya manusia bukanlah
makhluk yang selalu pasif yang hanya dapat menerima saja. Ia juga bukan makhluk
agresif (dapat memberikan dan mempengaruhi, tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh
keadaan). Dalam Khasanah filsafat pendidikan Barat dikenal adanya teori
perkembangan manusia, Nativisme yang dipelopori Arthur Schopenhauer
(1788-1860) menyatakan bahwa dalam perkembangan kepribadian manusia hanya
ditentukan oleh bawaan (kemampuan dasar), bakat serta faktor dalam yang
bersifat kodrati. Faktor bawaan inilah tidak bisa diubah oleh pengaruh
lingkungan atau pendidikan. Apapun usaha pendidikan yang bertujuan membentuk
kepribadian tidak dapat menggapai harapan yang diidamkan tanpa dukungan faktor
bawaan.[2]
Sementara William Stern
(1871-1938) dengan teorinya menyatakan bahwa perkembangan manusia berlangsung
atas pengaruh dari faktor bakat/kemampuan dasar juaga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, termasuk pendidikan. Teori ini
memadukan antara teori empirisme dan nativisme, karena kenyataan membuktikan
bahwa potensi bawaan yang baik tanpa dibina oleh alam lingkungan tidak akan
dapat membentuk pribadi yang ideal. Sebaliknya, lingkungan yang baik, terutama pendidikan, tanpa didukung oleh potensi
bawaan yang baik, tidak akan membuahkan hasil kepribadian yang optimal. Jadi
proses perkembangan manusia merupakan hasil kerjasama antara faktor dasar
(bawaan) dan alam lingkungan.
Dalam perkembangannya pemikiran tentang manusia terus
berkembang seiring dengan perkembangan manusia dengan segala kemampuannya.
Setelah muncul dan berkembangnya teori Nativisme disanggah dengan teori Behavior,kemudian
Abraham Maslow memperkenalkan aliran psikologi humanistik. Humanistik
adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap
behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan
perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam
pengembangan teori psikologis. [3]
Makalah ini akan menyampaikan beberapa informasi tentang
teori psikologi manusia dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya guna
mencapai tujuan hidup manusia yang sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penulis perlu menyampaikan rumusan masalah agar terwujud pemahaman sesuai yang
diharapkan.
1. Filsafat
memandang manusia.
2. Psikologi
manusia dan perkembanganya.
3. Hubungan
agama dan psikologi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat manusia
Filsafat merupakan ilmu universal. Berfilsafat berarti
mempertanyakan dasar dan asal-usul dari segala-galanya,berarti mencari
orientasi dasar bagi kehidupan manusia [4]. Kajian
filsafat yang pada awalnya berorientasi pada materi kasar terlihat mata yaitu
bumi mengalami pergeseran obyek bahasan ke kekuatan maha dahsyat yaitu
ketuhanan yang mengatur manusia. Kini obyek filsafat terus berkembang menuju
manusia dengan segala aspek yang mendasarinya. Manusia sebagai makhluk sempurna
terdiri atas tubuh (fisiologi), atau lebih dikenal dengan lahir (jasmani) dan
ruh atau jiwa (rohani). Sebagian orang yang mengunggulkan unsur jiwa manusia
dibanding fisik ingin menunjukkan hanya dengan kekuatan rohani tubuhnya dapat hidup
terus bahkan tanpa makan sekalipun, maka anggapan ini segera berakhir ketika
fisik yang tidak mendapatkan suplai makanan terasa lemas dan akhirnya memaksa
untuk diberi makan sebab tubuh memerluan zat asam, akan berhenti nafas jika
tanpa zat itu. Tubuh manusia tersusun dari banyak sel yang teratur dalam
berbagai alat kelengkapan tubuh yang mempunyai banyak banyak macam fungsi
sesuai dengan ciri khas sel-sel tersebut [5].
Tubuh bagaikan mesin menyerupai sebuah mekanisme yang rumit. Tubuh
dapat berfungsi karena ada tenaga yang tersimpan di otot. Tenaga berasal dari
oksidasi bahan bakar sebagai sumber tenaga layaknya mobil,bedanya tubuh manusia
memperbaiki diri sendiri, tumbuh dan berkembang biak. Tubuh harus memperoleh
makanan yang tepat baik dari jenis maupun jumlah sebab dari bahan makanan akan
terjadi perubahan yang radikal dan dapat menimbulkan banyak penyakit, bahkan
kematian.
Tubuh manusia dilengkapi peredaran darah berpusat pada jantung yang
akan memompa darah agar mengalir sesuai jurusan yang tepat, dari lahir hingga
meninggal. Sistem kelenjar juga menjadi penyusun tubuh, kelenjar thyroid misalnya.
Apabila zat yang dihasilkan kurang maka berakibat idiotisme yakni suatu
perkembangan yang terhalang baik segi fisik maupunkejiwaan. Selain itu ada
sistem syaraf yang turut menyusun tubuh. Segala informasi mengenai dunia di
sekitar diperoleh melalui syaraf dan otak. Ada dua saluran syaraf yang memuat
rangsangan dari indera-otak-otot, maka neuron dapat digolongkanke dalam neuron
indera, neuron motor dan neuron asosiasi.
Otak merupakan organ tubuh utama dalam sistem informasi, organ ini
rumit dan menakjubkan bertindak sebagai koordinator, di dalma otak inilah
timbul penginderaan. Melihat, membau, mendengar dan mencicipi tidak mungkin
dilakukan tanpa adanya otak khususnya bagian cortex cerebri. Sebagaimana
informasi panas matahari, informasi diperoleh melalui indera mata disampaikan
ke otak melalui neuron sensorik kemudian otak merespon dengan memberi perintah
melalui neuro motorik. Pengetahuan mengenai dunia lahiriyah selalu merupakan
pengetahuan yang diperoleh dengan menyimpulkan dari tangkapan indera dan hasil bacaan
otak [6].
Manusia
yang terdiri atas fisik dan non fisik disebut juga psikologi. Para filusuf
berbeda pendapat dalam mendefinisikan jiwa, Phythagoras misalnya yang
menjelaskan bahwa
Keabadian jiwa dan perpindahannya ke dalam jasad hewan apabila
telah mati dan jika hewan itu mati akan berpindah ke jasad lainnya dan demikian
seterusnya. Perpindahan jiwa yang seperti itu merupakan proses penyyucian jiwa.
Jiwa itu akan kembali ke tempat asalnya di langit apabila telah selesai proses
penyucian jiwa tersebut.[7]
Filusuf
dualisme Descartes (1596-1650) berpendapat bahwa
Tubuh dan jiwa
adalah dua hal yang sangat berbeda dan harus dipisahkan. Tubuh adalah suatu
mesin yang terdiri dari bagian-bagian yang komplek. Adapun jiwa adalah sesuatu
yang tidak terbagi tidak terbatasi oleh ruang dan waktu ditandai oleh kegiatan
rohani seperti berpikir, berkehendak dan sebagainya [8].
Apapun definisi
filusuf tentang jiwa yang pasti manusia terdiri atas jiwa dan raga yang menyatu
dengan segala perannya masing-masing sehingga keduanya menjadi unsur yang tidak
bisa terpisahkan,jika dipisah maka menjadi tidak bernilai.
B.
Psikologi Manusia dan Perkembangannya
Manusia memiliki ciri yang sangat khas, berbeda antara satu dengan
yang lain. Manusia adalah unik. Setiap orang adalah individual, bahkan sama
sekali unik, tak tertukar,tak terganti, terlahir kembar sekalipun. Setiap orang
adalah tak terulang.
Berikutnya manusia adalah makhluk berakal budi, berbahasa,
berkemauan dan bercita-cita serta memiliki hati nurani dan seterusnya. Inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Pengakuan terhadap martabat
manusia merupakan hal hal keyakinan dan keterlibatan dasar. Melalui akal budi
manusia membedakan binatang dengan kebutuhannya. Akal budi berarti bahwa hati
dan wawasan manusia merentangkan diri mengatasi segala keterbatasan ke arah
cakrawala yang tak terbatas [9].
Sebagai makhluk manusia diberi modal cukup dan pas dijadikan
pemimpin (selain memang setiap manusia adalah pemimpin). Selain akal, manusia
dimodali dengan bakat,kecerdasan dasar yang akan terus berkembang seiring
pengalaman hidup. Lingkungan tempat hidup berperan penting dalam membingkai
pola hidup manusia.
Beberapa aliran filsafat meyakini bahwa kecerdasan asal atau bakat
lebih dominan, hal ini dipatahkan oleh aliran behavior yang lebih mengakui
bahwa lingkungan merupakan cetakan utama pola hidup manusia. Kedua aliran ini
dikomunikasikan oleh aliran psikologi humanistik dengan tokohnya Abraham
Maslow. Aliran ini terus berkembang sehingga muncullah ilmu psikologi dengan
berbagai cabangnya.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor
aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang
muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis.
Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari
psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah
ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental
(1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi
menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik
di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan
kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan
dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional,
mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Pendekatan humanistik ini mempunyai
akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard,
Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak
untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat
terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs
(Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang
paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/ dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman dan
tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi
diri [10]
Teori
kebutuhan Maslow dimulai dengan memenuhi kebutuhan yang terpenting dahulu lalu
menuju kepada kebutuhan yang selanjutnya.
Lima teori kebutuhan dasar Maslow dijelaskan sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis.
Lima teori kebutuhan dasar Maslow dijelaskan sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan
terpenting manusia yang harus diutamakan untuk menunjang kehidupan. Contohnya
adalah pangan/makanan, sandang/pakaian, papan/rumah, dan kebutuhan biologisnya
seperti bernafas, buang air kecil, buang air besar, dan sebagainya. Jika
seseorang ingin menjalankan aktivitas, kebutuhan inilah yang harus dipenuhi
terlebih dahulu agar dapat berhasil menjalankan aktivitasnya. Manusia tanpa
memenuhi kebutuhan makan dan minumnya tidak akan dapat melangsungkan hidup.
Jika seseorang ingin melakukan sebuah pekerjaan dengan keadaan perut lapar,
orang itu tidak dapat berkonsentrasi melakukan pekerjaannya dengan baik.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan.
Setelah
memenuhi kebutuhan fisiologisnya manusia memerlukan kebutuhan yang kedua ini
untuk dapat hidup bahagia. Contohnya adalah bebas dari teror, bebas dari rasa
sakit, bebas ancaman. Seseorang tidak akan dapat hidup dengan aman dan nyaman,
jika ia mendapatkan ancaman atau teror dari orang lain.
3. Kebutuhan sosial.
3. Kebutuhan sosial.
Setelah kebutuhan keamanan dan keselamatan,
yang selanjutnya adalah kebutuhan sosial. Contohnya adalah memiliki teman,
memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain sebagainya.
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, manusia perlu
bersosialisasi untuk dapat menjalankan kehidupannya dengan layak.
4. Kebutuhan penghargaan.
4. Kebutuhan penghargaan.
Selanjutnya adalah kebutuhan penghargaan.
Dengan kebutuhan ini seseorang dapat memuaskan batinnya. Contohnya adalah
pujian, tanda jasa, piagam, hadiah, dan lain sebagainya. Jika seseorang
mendapatkan hal demikian, orang itu akan merasa senang dan bangga atas usaha
yang telah ia lakukan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri.
contohnya adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai
dengan bakat dan minatnya. Manusia mempunyai hak untuk melakukan apa saja
sesuka hatinya, selama dalam batas yang wajar dan tidak merugikan diri sendiri
maupun orang lain. dan ia juga mampunyai hak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Jadi, dalam teori hirarki kebutuhan dasar
Abraham Maslow, yang terpenting adalah kebutuhan fisiologis (makan). karena
untuk memenuhi kebutuhan yang lain, kebutuhan inilah yang harus dipenuhi
terlebih dahulu, demi memperlancar kelangsungan hidup [11].
Psikologi humanistik terus berkembang, seiring
berkembangnya pikiran dan akal manusia. Psikologi sebagai jembatan yang
menghubungkan fisik dengan non fisik,misalnya dengan makan manusia akan lebih
terkendali egonya. Makan adalah ranah fisik yang menjadi sumber tenaga.
Banyaknya tenaga yang tersimpan membuat hati tenang. Berkembangnya berbagai
jenis makanan berakibat pula pada perkembangan psikologis, hal ini dilihat dari
makanan yang banyak mengandung zat kimia yang secara ilmiah dibuktikan akan
berakibat pada cepatnya pubertas, menstruasi, labilnya ego. Budaya masyarakat
akan turut pula menentukan perkembangan psikologi, Madura misalnya. Pulau kecil
dihuni semakin hari semakin banyak, dengan sumber makanan terbatas berakibat
pada temperamen yang cenderung lebih keras.
Aliran psikologi humanistik juga berkembang
seiring laju filsafat yang bergerak ke dunia simbol. Psikologi mencoba
menyimbolkan berbagai gejala non fisik menjadi simbol-simbol yang bisa terbaca,
tentunya oleh ahli. Hal ini memungkinkan manusia mengetahui potensi yang
tersimpan pada manusia, sehingga bisa memilih, mana yang bisa dikembangkan dan
bagaimana cara pengembangan yang tepat. Dari sini muncullah pengukuran
kecerdasan manusia. Ada intelektual question, emosional question, spiritual
question.
C.
Hubungan Agama dan Psikologi Manusia
Mempelajari manusia beserta materi
penyusun dan ditambah membahas Abraham Maslow dengan teori psikologi
humanistic, kini dilengkapi dengan agama sebagai filter segala pemikiran apapun
menjadi penting. Agama mampu menjawab pertanyaan mendalam tentang manusia serta
menentukan bagaimana manusia harus hidup.
Dalam alquran jelas disebutkan
proses manusia secara ilmiah. Setiap orang mampu memahaminya. Pembentukan
fiisiologi dijelaskan bertahap yang dilanjutkan tahapan tiupan ruh sehingga
manusia terwujud sempurna baik jasmani maupun rohani. Bahkan bayi ketika lahir
di muka bumi pasti menangis (kalau tidak menangis berarti tidak sehat). Orang
bijak memberi alasan bahwa bayi suci itu sangat peka. Bayi mengindikasi
beratnya kehidupan dunia. Manusia membutuhkan sarana untuk meringankan beban
berat dunia. Banyak manusia yang memilih ilmu pengetahuan, namun Frederick van Eaden berpendapat manusia
terjebak ke dalam jala kusutdustaan yang besar, dikarenakan terlalu
mengagungkan ilmu pengetahuan mengenyampingkan agama [12].
Pemunculan nilai-nilai agama pada
setiap dimensi kehidupan merupakan keharusan agar hidup ini lebih terarah.
Ketika makan misalnya,manusia diberi keleluasaan untuk makan apapun yag
tersedia di bumi ini. Agama mengatur dari jenis apa yang bisa dimakan,
bagaimana tata cara / adab memakannya. Dalam Islam mengatur hanya makanan yang
halal yang boleh dimakan. Adab makan / minum dengan duduk, tidak baik jika
dilakuakan dengan berdiri. Anjing, haram hukumnya. Berdasarkan aturan agama
ini, para pemikir melakukan penelitian apa hikmah dari aturan-aturan agama
tersebut. Maka dihasilkan adab minum harus duduk ternyata manusia memiliki
sebuah membran tipis yang apabila duduk membran itu akan menutup dan jika
berdiri akan membuka sehingga akan menyaring makanan/minuman yang masuk,organ
tubuh akan terjaga. Begitupun anjing diharamkan karena banyak mengandung bibit
penyakit yang disebabkan toksin tubuh anjing yang tidak bisa dikeluarkan,
anjing tidak memiliki pori-pori tubuh.
Rasa aman dan nyaman bisa terbentuk
dari hatinya yang tenang,tenteram, untuk mencapainya agama memberi solusi
dengan berdzikir bagi umat Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk berkeluarga
dengan cara menikah, membina keluarga yang samara. Banyak ahli fikih memberi
contoh dan argumen yang ditulis dalam kitab-kitabnya. Pujian dalam Islam
digambarkan dengan jelas. Dalam setiap muqoddimah kitab, banyak yang
mengawalinya dengan pujian yang menggambarkan seluruh pujian yang ada di bumi,
yaitu pujian Tuhan pada diriNya, Tuhan pada makhluknya, makhluk pada Tuhannya,
makhluk pada makhluknya. Bakat dan minat setiap yang berbeda-beda juga tidak
lepas dari pandangan agama, maka agama memberi kesempatan untuk
mengaktualisasikan dengan cara yang bijak. Misalnya seorang pemimpin yang
bersikap adil dan bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia
merupakan makhluk yang terdiri dari fisik dan jiwa. Fisik manusia bisa dilihat
secara lahiriyah ada berkulit putih,bertangan dua berambut hitam dst. Fisik
dilengkapi berbagai sistem berjalan efektif yang menghungkan organ yang satu
dengan yang lain.
2. Perkembangan
jiwa manusia dipengaruhi banyak faktor, secara intern ada makanan suplai fisik
dan faktor ekstern seperti lingkungan, budaya dst. Menurut tokoh psikologi
humanistik Abraham Maslow menyebutkan teori kebutuhan manusia terbagi menjadi
lima yaitu
kebutuhan fisiologis/ dasar,kebutuhan akan rasa aman dan tentram,kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi,kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk aktualisasi
diri.
3.
Kebebasan
perkembangan psikologi manusia dipengaruhi nilai-nilai agama agar tujuan manusia
sebagai hamba terlaksana. Agama memberi informasi melalui aturan-aturannya.
Informasi yang biasanya jauh belum terpikirkan, setelah ada aturan agama yang
kemudian dilaksanakan yang akhirnya membawa kebaikan,maka mulailah ilmu
pengetahuan menjamahnya. Selain itu aturan agama pasti bernilai positif akan
memandu manusia dalam perkembangannya terutama unsur jiwa. Sebab jiwa inilah
yang diyakini akan sampai ke Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
‘Ali Syariati, Humanisme
Antara Islam Dan Madzhab Barat,Jakarta:Pustaka Hidayah, 1992), terjemah Afif Muhammad
Atang Abdul
Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, hal 84
Fachry Ali,Konsepsi Manusia,Ilmu dan Agama,Yogyakarta:PLP2M,1985
Filsafatyunani.blogspot.com diakses Minggu,27 Januari 2013
Franz
Magnis,Suseno.ed,berfilsafat dari konteks, Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama,1999
http://mirnaferdiyawati-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-umum.html,diakses Minggu,27 Januari 2013
juneman,Filsafat
Manusia,Jakarta:Univ.Mercubuana,2008
Louis Kattsoff,Pengantar Filsafat,Yogyakarta:Tiara Wacana
Yogya,1996
[1] ‘Ali Syariati, Humanisme Antara Islam Dan Madzhab Barat,(Jakarta:Pustaka
Hidayah, 1992), hal.37 terjemah Afif Muhammad
[3] Filsafatyunani.blogspot.com, diakses tanggal 27 Januari 2013
[4] Franz Magnis,Berfilsafat dari konteks, (Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama,1999),hal. 18
[5] Louis Kattsoff,Pengantar Filsafat,(Yogyakarta:Tiara Wacana
Yogya,1996),hal.102
[6] Ibid,hal. 105
[7] Juneman,Filsafat Manusia,(Jakarta:Univ.Mercubuana,2008),hal.10
[8] ibid
[9] Ibid,Franz Magnis...hal.96
[10] Filsafatyunani.blogspot.com diakses Minggu,27 Januari 2013
[11] http://mirnaferdiyawati-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-umum.html, diakses Minggu,27 Januari 2013
[12] Fachry Ali,Konsepsi Manusia,Ilmu dan Agama,(Yogyakarta:PLP2M,1985),hal.54
0 komentar:
Posting Komentar